Selasa, Desember 30, 2008

Lagu Doel Sumbang

Ada temen yang minta lagunya Doel Sumbang, ya udah aku upload aja di 4shared. Nih lagunya:
- Aku Cinta Kamu
- Batu Hiu
- Ema (Edanna Manusia)
- Emen
- Kalau Bulan Bisa Ngomong
- Martini
- Pangandaran
- Rindu Aku Rindu kamu
- Rujit
- Somse
- Talaga Patenggang
- Telaga Warna
- Tono Tini
- Urang Sunda

Jumat, Desember 19, 2008

Brief History of Jepara

Named of Jepara comes from a word originally Tip of Mara, then Jumpara and last becomes Jepara. Jepara means a merchants settlement, which trades to all over area. According to book " New History of Tang Dynasty (618-906 M)" noting that, in the year 674 M, a man so called Yi-Tsing have visited Ho-Ling country or Kaling or Kalingga, which is also referred as Java or Japa. It is believed that the location is at Keling, in Jepara area this time. A woman so called Queen Shima leads this country. Queen Shima is very consistent and strict in leading its people.

But according to a man so called Tome Pires (a Portuguese writer), he wrote in its book " Suma Oriental", Jepara is just recognized by at 15 century ( 1470 M), as a small commerce port, which is just dwelt by 90 - 100 people and led by Aryo Timur. This reside is under governance of Demak. Later Aryo Timur was replaced by his successor, so called Pati Unus (1507-1521 M). Pati Unus tried to develop Jepara as a commerce region/city.

Pati Unus is known as very persistent king, who fought against Portuguese colonization in Malaka (as Nusantara commerce link). After Pati Unus passed away, Falatehan (his brother in-laws) was replaced him as a King (1521-1536). Then in the year 1536, Sultan Trenggono (king of Demak) delivered Jepara kingdom to his son in law, that is Prince Hadiri, the husband of Queen Retno Kencono. But in the year 1549, Aryo Penangsang in effect of coup murdered Prince Hadiri in Demak Empire, just after Sultan Trenggono passed away.

Death of people who loved made Queen Retno Kencono leaving her palace to do penance in Danaraja hill. After killing of Aryo Penangsang by Sutowijoyo, Queen Retno Kencono was getting off from seclusion and constituted to become Jepara Queen with title " NIMAS QUEEN KALINYAMAT". At her period (1549 - 1579), Jepara rapidly grow not only as the main commercial port in Jawa Island, and also as naval basis either. Queen Kalinyamat known to have anti colonization patriotism, this matter is proved with delivered of her battleship to Malaka to batter Portuguese in the year 1551 and 1574. Portuguese people gave her nicknamed as "RAINHA DE JEPARA" or "SENORA DE RICA". It means that the Queen of Jepara is very powerful and rich.

Queen Kalinyamat was also Civilized Carve Art to her people, which now become unique pledge of Jepara economics. The Carve Art of Jepara is collaborated of Majapahit Carving with Patih Bandarduwung carving that coming from Chinese.

In Relation to all of positive aspects, which have been proved by Queen Kalinyamat, so that Jepara become a prosperous country, well known and strength, hence Jepara's birthday took at her inauguration as Jepara queen, the date of 12 Rabiul awal Year 956 H, or April 10, 1549. This inauguration has been marked with Candra Sengkala " TRUS KARYA TATANING BUMI" or "Keep hard working to develop region".

Sekali-kali boleh dong sok posting pake bahasa inggeris, padahal cuman ambil dari sini...

Selasa, Desember 09, 2008

Ada Sate Srepeh di Rembang

Kemarin pas lebaran haji aku mudik ke Jepara, tapi sebelum itu mampir dulu ke Rembang dua hari. Selama ini makanan khas Rembang yang terkenal (yang aku kenal) kan lontong ayam tuyuhan, nah kali ini aku nyobain sate ayam srepeh. Satu porsi sate ayam srepeh biasanya dilengkapi dengansatu piring nasi putih dengan sayur tahu dengan irisan cabe rawit, sementara satenya disiram bumbu merah dengan rasa rempah-rempah yang kental, sekilas mirip sate Padang. Penampilan nasinya mirip nasi gandul khas pati, bedanya kalau di Rembang dialasi daun jati, sedangkan nasi gandul Pati dialasi daun pisang. Sedep banget rasanya, apalagi kalo “keceplus” cabe rawit terus minum teh panas, langsung kemringet.

Di Rembang aku nginep di hotel Kencana. Lokasinya strategis banget, di jalan raya antar provinsi pas di depan kantor Bupati Rembang, ke pantai Kartini tinggal jalan 10 menit. Tarif dan fasilitasnya lumayan baiklah untuk ukuran kabupaten, ada AC, TV, air panas, kulkas, sarapan, plus buah segar. Kurangnya cuma TV kabel & hotspot aja, malah di kamar mandinya ada dua showerjet dengan jejer di kiri kanan yang sama-sama berfungsi, mungkin yang kanan untuk laki-laki dan yang kiri untuk perempuan?

Nah kalau di Rembang jangan lupa nyari sirup buah Kawisto, buah khas Rembang dengan aroma yang segar. Cocok banget diminum siang hari dengan es batu.

Senin, Desember 01, 2008

Bandara Sultan Hasanudin

Makassar punya bandara baru! Yang ini lebih canggih, lebih luas, dan relatif lebih nyaman. Bangunannya mirip hanggar pesawat, tersusun dengan material dari baja dan kaca membuat membuat bangunan ini tampak modern. Bagus juga bandara ini, tempat parkirnya lapang, ruangannya tinggi, mushollanya luas, konter check in dan toko sovenirnya banyak, dan kamera keamanan besar-besar terpasang disana-sini. Bandara ini baru beroperasi sekitar awal tahun ini. Dulu pada saat diresmikan hanya ada tulisan “Hasanuddin Makassar”, gak tau siapa yang protes, pada saat aku datang tulisan itu sedang dirubah menjadi “Sultan Hasanuddin Makassar”.

Sebagaimana layaknya bandara baru, disana-sini masih terlihat sedikit perbaikan, keamanan masih ketat, detektor logamnya aktif banget, dan terlihat banya petugas kebersihannya disana-sini. Hampir semua orang yang lewat detektor logam tidak bisa langsung lolos, mesin itu langsung teriak2, meskipun ketika diperiksa ulang oleh petugas keamanan gak ditemukan apa-apa. Begitu mau saat mau naik ke pesawat, KTP diperiksa ulang untuk dicocokin dengan tiket dan boarding pass. Semoga ketertiban ini bisa tetep terjaga, kan untuk keamanan kita juga.

Tapi (hmmm, mulai nyela nih), pintu keluar ruang tunggu keberangkatan gak dijaga, jadi orang bisa gampang keluar masuk. Sopir garbatalanya juga terlihat kurang terlatih, beberapa kali maju mundur baru pas dengan pintu pesawat. Bahkan ketika aku datang terpaksa harus turun lewat tangga belakang karena garbatalanya tidak bisa terpasang dengan tepat. Nah satu lagi, kamar kecilnya bener-bener kecil dan krannya sudah ada yang rusak ato bocor, jadi bagi yang tubuhku yang oversize agak susah bermanuver di kamar kecil.

Kalo hal-hal kecil tadi diperbaiki, bisa jadi akan membuat bandara ini semakin nyaman…