Rabu, April 29, 2009

Tanjung Pinang Kota Gurindam

Menuju kota Tanjung Pinang aku mendarat di bandara Hang Nadim Batam, setelah itu barulah melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kapal cepat selama 1 jam menuju Kota Tanjung Pinang. Sebenarnya ada pesawat yang langsung mendarat di Tanjung Pinang, namun jadwal penerbangannya terbatas. Mendekati pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, di sebelah kanan terlihat dari kejauhan tulisan Tanjung Pinang Kota Gurindam sementara di sebelah kiri terlihat menara Masjid Sultan Riau pulau Penyengat. Di kejauhan terlihat tongkang yang mengangkut pasir laut ke Singapura. Di pelabuhan Sri Bintan Pura banyak bersandar kapal cepat modern yang menyeberangkan penumpang ke Singapura dan ke Batam, selain itu masih banyak juga kapal kayu tradisional yang mengangkut sembako dan penumpang ke pulau-pulau lain di wilayah Kepulauan Riau.
Kota Tanjung Pinang terkenal dengan gurindam dua belas yang merupakan mahakarya dari Raja Ali Haji (1808-1873). Gurindam dua belas terdiri dari 12 fasal syair berisi nasihat-nasihat yang masih sesuai untuk masa kini. Raja Ali Haji yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional bidang bahasa Indonesia dimakamkan di pulau Penyengat pada komplek pemakaman kerajaan Riau-Lingga. Untuk melihat peninggalan sejarah kerajaan Riau Lingga, kita dapat naik becak motor berkeliling pulau Penyengat selama satu jam dengan ongkos hanya 30 ribu. Hingga saat ini di pulau Penyengat masih terdapat sisa-sisa bangunan kerajaan Riau-Lingga. Namun yang masih berdiri tegak adalah Masjid Sultan Riau. Seperti halnya bangunan tempo dulu, tembok masjid dibuat tanpa menggunakan semen, hanya menggunakan campuran pasir dan semen putih. Ketebalan temboknya sekitar 50 cm, sementara diameter tiang masjid seukuran pelukan empat orang dewasa. Adapun mimbar masjid yang terbuat dari kayu jati dikirim khusus dari Jepara yang memang sudah terkenal dengan ukir-ukirannya. Di dalam masjid ini tersimpan dua buah Al Qur’an tulisan tangan hasil karya Abdurrahman Stambul pada tahun 1867.
Di pulau Penyengat yang berjarak 30 menit naik pompong (perahu) dari Tanjung Pinang juga terdapat balai adat melayu “Indera Perkasa” yang memajang foto-foto keluarga kerajaan Riau-Lingga. Balai adat ini masih sering dipergunakan untuk pesta perkawinan maupun pesta adat lainnya. Datang ke Tanjung Pinang belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi ikan asam pedas khas melayu dan teh tariknya yang nikmat. Di daerah ini es teh manis dikenal dengan nama “teh obeng”, sedangkan teh manis disebut “teh O”.