Kamis, September 10, 2009

Kumpul Kebo di Siang Bolong

Lama banget gak ngeblog gara2 nemu mainan baru bernama fesbuk. Hari ini mumpung agak lega iseng2 nulis lagi ah dengan judul yang aduhai. Gak usah banyak cerita, cukup lihat saja gambarnya. Ini kejadian pas di Madura bulan Juli kemarin, orang2 pada kumpul kebo di siang bolong...

Keliatan kan kebonya? Eh itu kebo apa sapi yak???

Selasa, Mei 19, 2009

Semalam di Senggigi

Ini kedua kalinya aku ke kabupaten Lombok Timur. Tapi karena pada perjalanan yang pertama belum sempat mengelilingi kota Mataram terutama melihat keindahan pantai Senggigi, maka sekarang kusempatkan mampir di pantai Senggigi. Setelah mendarat di bandara Selaparang Mataram jam 2 siang, mumpung masih siang aku jalan-jalan dulu di sepanjang pantai lalu mampir ke atas bukit yang mempunyai pemandangan ke seluruh pantai Senggigi. Ternyata pantai Senggigi memang bener-benar indah, dari atas terlihat hamparan pasir putih dengan perahu-perahu yang mengapung di lautan biru. Tiba-tiba hinggap seekor burung hitam bersayap coklat di atas ranting pohon. Ada yang tau nggak itu burung apa namanya?

Setelah puas mengelilingi pantai Senggigi, aku menuju hotel Jayakarta untuk menginap semalam. Tapi sebelum itu mampir dulu ke toko souvenir yang banyak menjual kerajinan mutiara. Setelah chek-in aku langsung menuju kamarku yang menghadap laut, sayang letaknya agak jauh dari gedung utama. Bangun pagi aku menuju pantai berjalan-jalan menikmati keindahan matahari terbit. Sayang pagi itu mendung menggantung, sehingga keindahan sunrise di pantai senggigi tidak dapat terekam kamera. Setelah sarapan aku melanjutkan perjalanan kabupaten Lombok Timur.

Tidak banyak yang dapat diceritakan tentang Lombok Timur. Aku tidak sempat jalan-jalan karena waktuku yang tersita oleh pekerjaan. Namun suasana religius amat terasa kental di kota ini. Terlihat banyak orang mengaji di pagi hari, masih banyak madrasah khusus putri yang siswinya belajar sambil lesehan di lantai beralas tikar. Mungkin karena Lombok Timur merupakan pusat organisasi keagamaan Nahdlatul Wathan, dimana salah satu cucu pendirinya saat ini menjadi gubernur NTB.

Rabu, April 29, 2009

Tanjung Pinang Kota Gurindam

Menuju kota Tanjung Pinang aku mendarat di bandara Hang Nadim Batam, setelah itu barulah melanjutkan perjalanan dengan menggunakan kapal cepat selama 1 jam menuju Kota Tanjung Pinang. Sebenarnya ada pesawat yang langsung mendarat di Tanjung Pinang, namun jadwal penerbangannya terbatas. Mendekati pelabuhan Sri Bintan Pura Tanjung Pinang, di sebelah kanan terlihat dari kejauhan tulisan Tanjung Pinang Kota Gurindam sementara di sebelah kiri terlihat menara Masjid Sultan Riau pulau Penyengat. Di kejauhan terlihat tongkang yang mengangkut pasir laut ke Singapura. Di pelabuhan Sri Bintan Pura banyak bersandar kapal cepat modern yang menyeberangkan penumpang ke Singapura dan ke Batam, selain itu masih banyak juga kapal kayu tradisional yang mengangkut sembako dan penumpang ke pulau-pulau lain di wilayah Kepulauan Riau.
Kota Tanjung Pinang terkenal dengan gurindam dua belas yang merupakan mahakarya dari Raja Ali Haji (1808-1873). Gurindam dua belas terdiri dari 12 fasal syair berisi nasihat-nasihat yang masih sesuai untuk masa kini. Raja Ali Haji yang telah ditetapkan sebagai pahlawan nasional bidang bahasa Indonesia dimakamkan di pulau Penyengat pada komplek pemakaman kerajaan Riau-Lingga. Untuk melihat peninggalan sejarah kerajaan Riau Lingga, kita dapat naik becak motor berkeliling pulau Penyengat selama satu jam dengan ongkos hanya 30 ribu. Hingga saat ini di pulau Penyengat masih terdapat sisa-sisa bangunan kerajaan Riau-Lingga. Namun yang masih berdiri tegak adalah Masjid Sultan Riau. Seperti halnya bangunan tempo dulu, tembok masjid dibuat tanpa menggunakan semen, hanya menggunakan campuran pasir dan semen putih. Ketebalan temboknya sekitar 50 cm, sementara diameter tiang masjid seukuran pelukan empat orang dewasa. Adapun mimbar masjid yang terbuat dari kayu jati dikirim khusus dari Jepara yang memang sudah terkenal dengan ukir-ukirannya. Di dalam masjid ini tersimpan dua buah Al Qur’an tulisan tangan hasil karya Abdurrahman Stambul pada tahun 1867.
Di pulau Penyengat yang berjarak 30 menit naik pompong (perahu) dari Tanjung Pinang juga terdapat balai adat melayu “Indera Perkasa” yang memajang foto-foto keluarga kerajaan Riau-Lingga. Balai adat ini masih sering dipergunakan untuk pesta perkawinan maupun pesta adat lainnya. Datang ke Tanjung Pinang belum lengkap rasanya kalau belum mencicipi ikan asam pedas khas melayu dan teh tariknya yang nikmat. Di daerah ini es teh manis dikenal dengan nama “teh obeng”, sedangkan teh manis disebut “teh O”.

Selasa, Maret 17, 2009

Kelok Ampek-Ampek

Awal tahun ini aku dapet kerjaan di Padang lagi. Karena sudah beberapa kali ke padang, maka sekarang aku sempatin booking hotel dulu sebelum berangkat. Takutnya pengalaman tahun lalu terulang lagi, seminggu sampe pindah hotel tiga kali. Kali ini pas akhir pekan aku jalan-jalan ke danau Maninjau yang berada di wilayah Kabupaten Agam. Mengikuti kata temen-temen yang pernah ke Maninjau, rute yang paling enak adalah naik ke Puncak Lawang dari Bukittinggi, baru pulangnya turun ke arah Bayur melewati kelok ampek-ampek yang terkenal itu.

Sebenarnya aku pengen banget naik kereta api wisata “Mak Itam” rute Padang Panjang-Sawah Lunto yang lewat jembatan merah itu tuh, tapi karena gak dapet info yang jelas tentang biaya dan waktu perjalanannya, ya gak jadi deh. Ada yang unik dan menarik waktu lewat Mapolresta Bukittinggi, disitu ada monumen kematian yang terbuat dari tumpukan helm batok bekas. Lebih dari 1500 lebih helm batok non standar hasil razia polisi yang sudah dirusak ditumpuk tinggi menjadi monumen kematian.

Setelah menempuh tiga jam perjalanan dari Padang, akhirnya sampai juga ke Puncak Lawang dan menikmati keindahan Danau Maninjau. Sejuknya udara dan rimbunnya pohon pinus mampu menarik banyak pasangan muda-mudi untuk datang ke Puncak Lawang. Puas menikmati keindahan Puncak Lawang, aku turun melewati kelok ampek-ampek ke arah Bayur. Sopir yang membawaku rupanya paham betul daerah kelok ampek-ampek, makanya dia berani ngebut. Padahal jalanannya pas banget untuk papasan dua mobil, ditambah kelokan tajam dan turunan curam sebanyak 44 buah dalam jarak pendek. Fiuuh, menegangkan.

Sampai daerah Bayur, aku beristirahat sejenak untuk sholat Ashar di Masjid Raya Bayur yang diresmikan penggunaannya oleh Bachtiar Chamsah, Mensos jaman Megawati. Masjid ini nampak indah dengan perpaduan gaya arsitektur pagoda Thailand dipadu dengan gonjong rumah gadang khas Minang. Puas deh seharian jalan-jalan mengelilingi danau Maninjau, jadi fresh lagi untuk ngelanjutin pekerjaan yang sudah menunggu.

Kamis, Maret 12, 2009

kerja liburan


Seberapa sering kamu melihat melihat gunung dan sawah dipagi hari kawan? Bayangkan ketika kamu bangun dipagi hari menghirup udara segar, lalu berjalan kaki tanpa sandal merasakan sejuknya embun yang menempel pada rumput di halaman, melihat para petani menggarap sawah menjelang siang. Nikmat benar kawan, apalagi sarapan sudah tersedia lengkap dengan segelas kopi dan sepiring gorengan.
Tapi ini bukan liburan, ini adalah kegiatan tiap hari selama dua minggu aku di Trenggalek karena urusan pekerjaan. Pekerjaan berat terasa ringan serasa liburan. Beda banget dengan suasana kerja di ibukota yang serasa dikejar setan.
Jadi inget masa kecil dikampung, ketika keluar kabut dari hembusan nafas di pagi hari. Kemana semua kesejukan menghilang digantikan asap dari kendaraan berlalu lalang. Mestikah atas nama kemajuan semua itu dikorbankan?

Senin, Maret 02, 2009

Rindu Rasul

Ketika pulang kampung kemarin, trenyuh rasa hati ini mendengarkan suara bacaan Berjanji berkumandang bersahut-sahutan di masjid-masjid dan musholla dekat rumah. Ramainya suara anak kecil berebut mik untuk meneriakkan sholawat kepada Kanjeng Nabi Muhammad SAW diiringi suara rebana bertalu-talu menambah rasa haru di dada.

Memang saat ini bertepatan dengan bulan Rabiul Awal 1430 Hijriyah atau biasa disebut bulan Mulud oleh orang jawa. Dan kebetulan lagi tanggal 12 Rabiul Awal tahun ini bertepatan dengan hari Senin, pas bener dengan hari lahir Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Orang-orang kampungku biasanya mengadakan barjanji mulai tanggal 1-12 Mulud atau biasa disebut
Muludan. Bacaan barjanji sendiri merupakan bacaan puitis yang intinya merupakan ekspresi pernyataan cinta kepada Kanjeng Nabi Muhammad.

Duh mengapa di belantara ibukota ini, aku merasa merana karena tidak banyak menemukan dan mengungkapkan rasa cinta dan rindu kepada junjungan kita Rasul di akhir zaman…

Rabu, Februari 25, 2009

hi bear


Iseng2 browsing2 nemu gambar aneh disini

Rabu, Februari 18, 2009

Jepara Cyber Country

Pada tau gak disebelah ini gambar apa? Yak, itu tak lain dan tak bukan adalah antena penangkap sinyal hotspot. Sekitar pertengahan tahun lalu pemkab Jepara berbaik hati menyediakan internet gratis yang dikelola oleh Jepara Cyber Country. Bahkan sinyalnya masih bisa ditangkap sampai dengan jarak 3 kilometer dari lokasi hotspot, meskipun perlu antena penangkap sinyal. Meskipun agak lemot tetep aja lumayan, namanya gratisan. Jadi jangan heran kalo di Jepara banyak warung sego kucing ato angkringan yang menyediakan free hotspot memanfaatkan fasilitas itu, jadi miriplah warung wetiga di Jakarta.

Untuk membuat antena penguat sinyal butuh dana kira-kira Rp350.000,- yang digunakan untuk beli USB wifi, antena TV ato sejenisnya, dan kabel LAN secukupnya. Cara buatnya itu USB wifi taruh dalam kaleng atau pralon biar gak kehujanan, lalu sambungkan dengan antena dan pasang kabel LAN untuk disambungkan ke komputer, cara lengkapnya bisa dilihat disini. Kalo masih belum bisa ato ada yang belum jelas, tanya aja langsung ke forumnya Jepara Cyber Country. Nah kalo antenanya sudah jadi taruh aja ditempat yang agak tinggi, di atas genteng, ato nebeng antena TV yang sudah ada. Oiya, jangan lupa setting dulu komputernya, caranya lihat aja disini.

Tenkyu berat buat pemkab Jepara...

Kamis, Februari 05, 2009

November di NTT

November kemarin aku ke NTT tepatnya di kota Kupang, sampai saat ini merupakan jalan-jalanku paling jauh ke arah timur. Setelah lima jam perjalanan dari jakarta dan sempat transit di Surabaya, akhirnya menjelang tengah malam waktu setempat sampai juga aku di bandara El Tari. Nama El Tari diambil dari salah satu Gubernur NTT yang sangat populer. Beliau terkenal dengan program pembangunan NTT yang dirumuskan dalam lima tujuan, tiga tekad dan tiga keyakinan.

Bulan november di NTT terasa sangat panas dan kering, AC mobil dan gedung seakan kehilangan fungsinya untu menyejukkan udara. Dibeberapa tempat memang terjadi kekeringan, bahkan air di bendungan Tilong menyusut drastis, bahkan untuk mandi di hotel tempat saya menginap mesti menunggu air dari truk tangki. Kabarnya di rumah dinas gubernur NTT ada kolam renang ukuran olimpiade yang selalu penuh air melimpah ruah, namun tentu saja hanya kalangan tertentu yang bisa menikmatinya. Meskipun program penghijauan sudah mulai berjalan dan sebagian jalan utama kota Kupang tampak rimbun oleh sejenis pohon trembesi, masih belum mampu meredam panasnya kota Kupang.

Meskipun di NTT agama Islam termasuk minoritas, namun tidak usah khawatir tentang makanan. Di kota Kupang banyak orang jawa dan orang padang menjual makanan dengan harga yang tidak jauh beda dengan di Jawa, baik untuk restoran maupun warung tenda kaki lima. Laut NTT kaya akan sumber laut, namun yang banyak menikmati hasil lautnya adalah warga keturunan Bugis, warga asli NTT lebih banyak yang bertani dan beternak sapi. Karena itu harga daging sapi dan produk olahannya lebih murah dari harga di Jawa, tentu saja gak lengkap pulang dari NTT tanpa bawa oleh2 abon & dendeng daging sapi.